Kebenaran sejati itu dari dan milik Allah. Al-haqqu minallah. Kebenaran sejati ialah sesuatu yang paling objektif dari segala sesuatu yang objektif. Objektifitas yang mutlak ialah firman Tuhan. Sedangkan manusia hanya bisa berusaha semaksimal mungkin untuk objektif, itupun sesuai dengan kadar kemampuan yang dimilikinya. Kebenaran Allah bersifat hakiki. Firman Allah meliputi seluruh dimensi kosmos dan pada segala ciptaanNya.
Allah memperlihatkan kebenaranNya di segenap cakrawala dan jiwamu. Fil afaqi wafi anfusikum. Afaq adalah jamak dari kata ufuq, yang berarti cakrawala. Kebenaran sejati
hanya satu, milik Allah. Untuk mencapainya, Allah memberikan banyak
pintu cakrawala. Engkau bisa memasuki pintu-pintu itu dan kemudian
menjelajahinya hingga bertemu dengan kebenaran sejati.
Jadi,
kebenaran itu tidak hanya berada pada satu pintu, tapi pada beribu-ribu
atau bahkan berjuta-juta pintu cakrawala. Ilmu Akademis hanyalah salah
satu pintu cakrawala, bukan segala pintu cakrawala. Masih banyak lagi
cakrawala-cakrawala yang lain yang harus engkau jelajahi jika engkau
ingin memperoleh kebenaran sejati. Alangkah lucunya kalau ada orang yang
menganggap bahwa ilmu akademis adalah satu-satunya standar keilmuan
manusia dan mempercayai bahwa kebenaran sejati mutlak ada padanya. Itu
namanya menuhankan rasio!
Jadi, dalam menilai sesuatu ada kalanya kita harus memakai kacamata
ilmiah dan ada kalanya kita harus memakai kacamata non ilmiah. Agar
tercipta suatu cara pandang yang “kaffah” multi-dimensi.
Dalam
hidup ini banyak hal yang terbukti tidak bisa diselesaikan dengan cara
yang ilmiah dan sistematis, untuk itu kita harus cerdas dalam
menempatkan air sesuai dengan jenis perabotnya. Kalau air minum ditaruh
di gelas, kalau air mandi ditaruh di bak, kalau air sayur ditaruh di
panci, kalau air kotor ya di comberan. Itulah objektifitas.
Semua
manusia mempunyai peluang dan kesempatan yang sama untuk memperoleh
kebenaran sejati. Asal ia mau menyelam kedalam samudera cakrawala dan
mengembara menjelajah hamparan jiwanya.
Kebenaran Sejati Ada Diman-mana
Jika
engkau seorang petani, engkau bisa menemukan kebenaran lewat proses
bercocok tanam di sawahmu. Jika engkau seorang pedagang di pasar, engkau
bisa menemukan kebenaran lewat siklus lalu lintas pembeli yang datang
kepadamu. Jika engkau seorang ibu rumah tangga, engkau bisa menemukan
kebenaran ketika engkau sedang mengasuh dan memperhatikan proses
pertumbuhan anak-anakmu. Jika engkau seorang supir angkutan umum, engkau
bisa menemukan kebenaran dari siklus penumpang yang naik angkutanmu.
Jika engkau seorang peternak kambing, engkau bisa menemukan kebenaran
melalui kambingmu.
Dan ketika engkau setiap hari bepergian, engkau bisa menemukan kebenaran sejati
melalui peristiwa-peristiwa yang terjadi di jalanan. Sawah, pasar,
rumah, angkutan, kambing, kantor, anak, sumur, pengajian, becak, api,
dan lain sebagainya, semua itu adalah pintu cakrawala. Jadi, kebenaran sejati
bukan hanya milik kiai atau profesor. Namun engkau semua bisa
memperoleh kebenaran sejati melalui jalan hidup yang kau tempuh. Asalkan
engkau mau mendayagunakan akal dan hati nuranimu secara
sungguh-sungguh. Cakrawala adalah tanah yang harus digali.
Ketika engkau ingin memperoleh air yang jernih,
yang murni keluar dari tanah, engkau harus menggali tanah dengan
menggunakan alat yang berupa cangkul atau bor. Jika ingin memperoleh kebenaran sejati, engkau harus menggali cakrawala dengan akal dan hati nuranimu. Semoga kita diberi kekuatan oleh Allah untuk menggalinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar